Minggu, 11 Desember 2016

Peran sosial guru dalam masyarakat




1.1      Peran sosial guru dalam masyarakat

        Kebanyakan guru yang kita temukan pada kehidupan sehari-hari hanya sekedar sebagai pengajar di sekolah saja, padahal pada hakikatnya guru itu harus bergerak memberdayakan masyarakat menuju kualitas hidup yang baik dan perfect di segala aspek kehidupan, khususnya pengetahuan moralitas, sosial, budaya, dan ekonomi kerakyatan. Karena itu guru memiliki bebrapa peran penting di tengah masyarakat, antara lain :
1.Pendidik
        Ilmu seorang guru, khususnya guru agama harus ditularkan kepada masyarakat agar nilai kemanfaatannya lebih besar, tidak hanya diberikan kepada anak-anak di sekolah orang tua murid juga perlu diberikan pencerahan ilmu tentang pentingnya tanggung jawab dihadapan Allah SWT, pentingnya mendidik anak secara bertanggung jawab, wajibnya bekerja yang halal, dijauhkan dari pekerjaan yang dilarang dan menekankan hidup bersama yang harmonis, kolektif dan dinamis bersama elemen masyarakat lain.

2. Penggerak Potensi
        Pada hakikatnya masyarakat mempunyai potensi bear sebagai sekumpulan manusia yang dianugrahi kemampuan lahir dan bathin oleh Allah SWT.Belum lagi potensi Alam dan lingkungan ketidakmampuan masyarakat membaca potensi, menangkap peluang dan memanfaatkannya secara maksimal harus dijembatani oleh seorang guru. Selain sebagai pendidik ia juga seoarang penggerak yang aktif menggerakkan potensi besar ummat untuk kesejahteraan dan kemajauan. Jangan sampai potensi besar alam, misalnya dimanfaatkan oleh pihak industri untuk melakukan eksploitasi secara semena-mena sementara rakyat sekitar tidak mendapatkan apa-apa. Hal ini banyak terjadi di banyak tempat. Masyarakat akhirnya diam saja, karena takut terhadap berbagai ancaman kalau berani mengusik kepentingan pihak industri yang di backup penuh kalangan pemerintah dan pihak keamanan.

3. Pengatur Irama
        Dalam kehidupan sosial, pada dasarnya potensi masyarakat sangat banyak, bervariasi dan kompleks. Potensi tersebut ada pada generasi tua dan muda, kalangan kelas atas menengah dan bawah. Jika tidak ada yang mengelola dan mengatur irama permainan, maka potensi tersebut tidak dapat menghasilkan bunyi orkestra yang enak dan indah didengar, justru sebaliknya, masing-masing “bermain” dengan gaya iramanya sendiri-sendiri. Akhrnya, tidak terwujud tim yang sinergis, solid dan professional. Disinilah peran seorang guru sebagai pengatur irama, harus jeli membaca potensi seseorang menempatkannya pada posisi yang tepat, dan mengatur irama permainan yang saling melengkapi, menyempurnakan, dan menutupi kelemahan masing-masing. Jadilah ia sebuah kekuatan dahsyat yang akan membawa perubahan besar dalam kehidupan sosial. Seorang guru harus bisa menjaadikan orang tua sebagai figur stabilitator, pelindung, dan penjaga yang mengawasi anggotanya dalam kegiatan, sementara anak-anak muda dijadikan figur dinamisator yang mampu menggerakkan potensi mereka demi kemajuan bersama.

4. Penengah Konflik
        Setiap orang pasti mempunyai masalah, baik yang berhubungan dengan dirinya maupun orang lain. Dan, setiap orang belum tentu mampu memecahkan masalah sendiri dengan kepala dingin, cerdas dan tangkas. Ada bahkan banyak dari mereka yang menyelesaikan masalah dengan emosional, nudah menghakimi orang lain. Akibatnya, kehidupan sosial kurang harmonis.
Disinilah peran guru sebagi pengah konflik yaitu mampu mencari solusi dari permasalahan yang ada dengan kepala dingin, mengedepankan akal dan hati dari pada nafsu amarah, mengutamakan pendekatan psikologi persuasif daripada emosional oportunis sanagat dinantikan demi tercapainya kerukunan warga.

5. pemimpin kultural
        -peran diatas dengan sendirinya menempatkan seoarang gurusebagai pemimpin yang lahir dan muncul dari bawah secara alami, bakat, potensi, aktualisasi, dan kontribusi besarnya dalam pemberdayaan potensi masyarakat.
Seorang guru lebih enjoy bersama rakyat yang bebas dari kepentingan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Kalau masyarakat akhirnya mendesak untuk menduduki kepemimpinan formal, ia akan berkkonsultasi dengan banyak elemen masyarakat, bagaiman tingkat akseptabilitas dan resistensinya, lebih manfaat dan maslahat mana menjadi pemimpin kultural an sich dan
   pemimpin
 kultural plus formal.Kalau ternyata lebih bermanfat hanya menjadi pemimpin kultural, ia akan konsisten di jalur kultural yang luas dan tidak terbatas. Namun jika bermanfaat di jalur dua-duanya tanpa ada resistensi dan konflik, maka ia akan menempatinya, demi kemaslahatan berasama.
1.2     Figur keteladanan guru profesional sangat penting bagi siswa dan masyarakat
Masyarakat dan orang tua murid pun kadang-kadang mencemooh dan menuding guru tidak kompeten, tidak berkualitas, tidak profesional dan sebagainya, manakala anak-anak mereka tidak bisa menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi sendiri atau memiliki kemampuan yang tidak sesuai dengan keinginan para orang tua. Guru menjadi pihak pertama yang dipersalahkan atas “keterbelakangan” para siswa, tanpa melihat bagaimana siswa-siswa tersebut berperilaku di dalam kelas dan dalam kehidupan sehari-hari, tentu saja termasuk bagaimana interaksinya dengan keluarga atau orang tuanya.
            Oleh karena itu figur keteladan guru profesional sangat penting bagi siswa dan masyarakat. Lantas mengapa figur keteladanan guru profesional sangat penting bagi siswa dan masyarakat? Pasalnya seorang guru itu sangat dominan dan penting dalam pendidikan formal pada umumnya karena bagi bagi peserta didik guru sering dijadikan tokoh teladan, bahkan menjadi tokoh identifikasi guru. Guru profesional itu adalah seorang yang ahli dalam bidang keilmuannya, yang menuntut seorang guru bukan hanya sekedar mampu memberikan keilmuan yang dimilikinya ke dalam diri anak didik, tetapi juga mengembangkan potensi yang ada dalam peserta didik. Maka, seorang guru propesional harus memiliki pembelajaran konkret dan penilaian secara komprehensif yang diperlukan agar dapat melihat siswa dari segi perspektif.
            Hanya saja, masalahnya sekarang adalah kurangnya pengakuan masyarakat terhadap profesi guru, yakni kelemahan yang terdapat pada diri guru itu sendiri, seperti rendahnya tingkat kompetensi dan profesionalisme mereka. Penguasaan guru terhadap materi dan metode pengajaran yang masih berada di bawah standar juga membenarkan pernyataan di atas. Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan Balitbang Depdikbud RI yang diantaranya menunjukkan bahwa kemampuan membaca para siswa kelas VI SD di Indonesia masih rendah. Kegagalan tersebut disebabkan pengajaran guru hanya mementingkan penguasaan huruf tanpa penguasaan makna, meskipun sekarang sudah ada usaha untuk membimbing para anak didik untuk juga bisa menguasai makna yang dikandung dalam setiap pelajaran.
            Berkaca pada kenyataan-kenyataan diatas, sudah saatnya kompetensi profesi guru ditingkatkan dengan tetap juga berharap kepada masyarakat untuk pula memandang profesi guru sebagai profesi mulia dan bermartabat. Oleh sebab itu, pemerintah melalui Departemen Pendidikan sedang berupaya untuk meningkatkan kualitas profesionalisme guru, diantaranya dengan diadakan pelatihan-pelatihan untuk guru. Usaha tadi memiliki harapan agar kualitas guru bisa mumpuni dalam memberikan dan mentransformasikan nilai dan ilmu kepada para peserta didik.
            Meskipun demikian, semua upaya tersebut tidak akan membawa hasil maksimal tanpa peran serta guru sendiri, sebab tanggung jawab dalam mengembangkan profesi pada dasarnya merupakan tuntutan kebutuhan pribadi guru. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar